Kampus
seringkali dianalogikan sebagai miniature sebuah bangsa. Dalam sebuah
kampus berkumpul mahasiswa-mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka
saling berlomba satu sama lain untuk mendapat hasil terbaik agar dapat bersaing
di dunia kerja nantinya. Sebagian mahasiswa seringkali lupa bahwa dalam dirinya
telah dipatok sebuah gelar agent of change yang seharusnya mampu
membawa perubahan.
Mahasiswa itu dianggap sebagai kalangan terpelajar yang kritis terhadap keadaan dan mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik melalui kontribusi-kontribusi praktisnya. Misalnya saja jika ada kebijakan pemerintah yang kurang disetujui oleh masyarakat maka disini para mahasiswa membantu menyuarakannya. Namun peranan yang disandang ini tidak serta merta dapat dilakukan oleh seluruh mahasiswa. Bukan karena kurangnya kemampuan mahasiswa tersebut, tetapi karena kurangnya kemauan mahasiswa sendiri dalam mengolah asset yang dimiliki dalam dirinya sendiri. Mengikuti organisasi adalah cara yang sering dilakukan untuk menumbuhkan jiwa demokrasi dan kritis. Banyak sekali organisasi mahasiswa yang terdapat didalam kampus mulai dari yang berlatar belakang agama, seni, olahraga, dan sebagainya.
Mahasiswa itu dianggap sebagai kalangan terpelajar yang kritis terhadap keadaan dan mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik melalui kontribusi-kontribusi praktisnya. Misalnya saja jika ada kebijakan pemerintah yang kurang disetujui oleh masyarakat maka disini para mahasiswa membantu menyuarakannya. Namun peranan yang disandang ini tidak serta merta dapat dilakukan oleh seluruh mahasiswa. Bukan karena kurangnya kemampuan mahasiswa tersebut, tetapi karena kurangnya kemauan mahasiswa sendiri dalam mengolah asset yang dimiliki dalam dirinya sendiri. Mengikuti organisasi adalah cara yang sering dilakukan untuk menumbuhkan jiwa demokrasi dan kritis. Banyak sekali organisasi mahasiswa yang terdapat didalam kampus mulai dari yang berlatar belakang agama, seni, olahraga, dan sebagainya.
Aktif dalam organisasi mahasiswa bukan sekedar aktif mengikuti sebagai follower disetiap kegiatan yang ada di organisasi mahasiswa tersebut. Namun, mahasiswa harus “tercebur” didalamnya secara keseluruhan sehingga dapat berproses didalamnya. Ada banyak manfaat yang dapat dirasakan dalam pembentukan proses ini, mulai dari management skill, leadership skill, public speaking, negotiation skill dan manfaat lainnya. Walaupun terkadang belum bisa dirasakan saat ia masih dikampus, skill ini akan dirasakan manfaatnya saat ia berada di dunia kerja nantinya. Bahkan manfaat aktif berorganisasi juga bisa menopang dalam mengikuti proses akademik yang menjadi dasar atau kewajiban utama. Singkat kata mahasiswa yang aktif berorganisasi bisa dikatakan mahasiswa plus.
Keadaan sekarang memang serba tak menentu, mahasiswa mulai kehilangan jati dirinya, sudah tak mampu lagi menjadi pionir bahkan lebih sering menjadi follower. Bagaimanapun mahasiswa sebagai kaum akademisi perlu mengedepankan etika dan kemampuannya, namun bukan berarti melepaskan idealismenya. Jadikan kampus sebagai ajang diskusi, menimba ilmu, belajar beretika, dan sumber informasi, jangan biarkan kampus kita menjadi sebongkah bangunan yang bisu tanpa makna dan tak ada ide-ide kreatif di dalamnya. Mari kita kembalikan citra mahasiswa yang pantas meneriman predikat “agent of change”.
Komentar
Posting Komentar