Langsung ke konten utama

Bayiku dengan Status ODP Covid-19

Akhir maret lalu, tanggal 28 Maret 2020 bayiku menyandang status ODP Covid-19 setelah dari IGD RS Medika Dramaga (RSMD). Pagi selepas subuh mybaby Nuha (11month) dibawa ke IGD RSMD. Demam naik turun sudah hari ke4. Sebelum ambil tindakan pergi ke IGD, selama 3 hari Nuha dikasih sanmol drop di rumah kalau demamnya naik. Nuha tetap aktif walau badannya demam, ggak rewel, pengennya jalan-jalan terus, makan dan nyemil masih mau walau ggak banyak seperti biasanya.
Keluhan yang menyertainya juga ggak ada, ggak ada batuk dan atau pilek, ruam ggak ada, nafas sesak pun Alhamdulillah ggak ada, hanya memang pupnya agak cair. Pikirku pup agak cair mungkin karena makannya bubur dan banyak minum ASI dan air putih, ibuk hawatir baby dehidrasi sebab demamnya itu. Frekuensi pupnya juga ggak lebih dari 2-3x dalam sehari. Seperti biasanya saja.
Sesampainya di IGD RS, suasana berasa horor banget. Mau masuk IGDnya, di dalem keliatan ramai dan ada bapak-bapak yang nyamperin keluar nyuruh Nuha ni dipakein masker, udah mau ngelangkah masuk sampe keluar lagi. Bapak-bapak tadi pun keluar lagi ngasih masker buat dipakein ke Nuha, beliau pun bilang katanya tadi habis ada pasien PDP. Nanti aja masuknya kalo udah ggak terlalu ramai. Akhirnya ibuk dengan mybaby nunggu di mobil, bapaknya mantau ruang IGD.
Setelah lebih kondusif, akhirnya Nuha masuk IGD juga lewat pintu yg lain. Lalu dilakukan pemeriksaan oleh dokter, dikasih obat dari dubur dan dilakukan tes darah. Setelah nunggu sekitar 15 menit, dokterpun kembali dengan membawa hasil tes darah dan menjelaskannya. Ia menyampaikan bahwa: "Hasil tes darah Nuha tergolong baik, hemoglobin, trombosit, dan leukositnya. Hanya saja, dari uraian **(lupa bagian apanya)** ada yang kurang dan ada yang kelebihan, ini kemungkinannya ada infeksi virus. Dikarenakan sekarang sedang ada pandemik covid-19, saya khawatir ada mengarah kesana." Saya dan suami pun kaget mendengarnya.
Dokter menyampaikan bahwa RS tersebut bukan RS rujukan Covid-19 dan tidak menyediakan rapid test. Kami disarankan jika ingin melakukan rapid test terdekat bisa ke RS Siloam, atau juga melakukan isolasi mandiri selama 14 hari sambil melihat perkembangan selanjutnya. Dokter memberikan beberapa kontak dokter yang menangani Covid-19 yang bisa dihubungi jika ada keluhan berkelanjutan.
Status ODP diberikan oleh dokter kepada Nuha. Perasaan khawatir, takut, sedih, ibuk rasakan kala itu. Namun tiada lagi kekuatan selain menguatkan diri sendiri dan memohon pertolongan-Nya, berusaha tetap tenang dan berharap yang terbaik. Berusaha tetap tersenyum di depan Nuha, ibuku, dan semuanya. Ibuk meyakini bahwa Nuha negatif covid-19 tanpa dilakukan rapid test.
Sesampainya di rumah jelang siang hari, muncul bintik-bintik merah di wajah, leher, dan punggungnya Nuha. Ternyata Nuha kena Roseola!! Mirip dengan campak. Syukur Alhamdulillah, terjawab sudah bahwa mybaby bukan covid-19. Bahagia yang tiada tara^^
**Skip, kembali lagi ke RS**
Sebelum pulang, bapak Nuha menyeselesaikan segala urusan yang berkaitan dengan pendaftaran dan obat. Ternyata, yang tadinya daftar pakai BPJS setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan menyandang status ODP, BPJSnya tidak berlaku. Jadi bayar mandiri. Itu baru dengan keluhan demam tinggi lalu dapat status ODP.
          Saya memikirkan bagaimana orang-orang yang berada di bawah. Bagaimana jika ia betulan covid namun tidak ada biaya untuk ke RS, ia berkeliaran dimana-mana lalu menjangkiti banyak orang? Bagaimana jika ada orang lain yang dapat status ODP atau bahkan PDP namun ia tidak melanjutkan pemeriksaan ke rumah sakit rujukan?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRODUK TERBARU OPPO ‘OPPO ENCO BUDS’

Hi guys! Aku suka banget dengerin musik. Musik bisa membuatku lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu, seperti penyelesaian tesis beberapa bulan lalu. Biasanya aku mendengarkan musik menggunakan headset / earphone . Terlebih kalau anakku sedang tidur, auto wajib pakai headset karena ia kurang suka kalau tidur dalam kondisi berisik/banyak suara. Selain itu   jika ada kegiatan webinar, akupun menggunakan headset . Terima telpon pun pakai headset , agar tangan tidak pegal memegang ponsel terlalu lama. Tetapi, aku sering diribetkan dengan kabel yang kusut melilit-lilit. Karena kadang setelah pakai lupa untuk merapihkannya kembali. Apalagi untuk seorang ibu sepertiku. Anak lihat aku pakai headset , auto diminta headsetnya, ditarik-tarik dan dimainkan. Akhirnya kabel jadi rentan putus dan rusak.  Kalau lagi di luar, pakai headset kadang terasa ribet juga. Mesti dicolokin dulu ke ponsel, dan kabel terasa mengganggu terhalang-halang. Akhirnya keliatan jadi heboh gitu dan merasa t...