Banyak diantara kita yang tidak mengetahui dan mengenal siapa dirinya. Orang tersebut hanya menjalankan apa yang ada, mempertahankan hidup tanpa memiliki arti yang bermakna. Makan, minum, dan yang penting happy. Bagaikan aliran air yang mengalir begitu saja. Mengikuti waktu yang terus berjalan dan berputar. Tanpa disadari ia terus menua dalam ketidakbermaknaan. Ia tidak menyadari bahwa waktu lebih tajam dari pedang. Pedang terus mengiris-ngiris waktu yang kita miliki tanpa kita sadari. Dan ketika kita menyadari ternyata kita telah menua, barulah penyesalan datang menghampiri. Namun penyesalan itu tidak akan berarti karena waktu takkan pernah terputar kembali.
Sayang sekali bukan jika kita hidup dalam ketidakbermaknaan? Orang yang tidak mengetahui dan mengenal siapa dirinya maka hidupnya akan terasa sia-sia. Sebuah kesia-siaan akan tercipta ketika kita menyesali apa yang telah kita perbuat dan lakukan. Oleh karena itu sangat penting sekali setiap manusia untuk mengetahui dan mengenal siapa dirinya.
Tiga pertanyaan besar dalam hidup,
Darimana kita berasal?
Untuk apa kita hidup?
Kemana kita akan kembali?
Pernahkah kalian mempertanyakan hal tersebut? Pertanyaan-pertanyaan
yang jawabannya akan memaknai kehidupan. Ketika kita telah mendapatkan
jawaban-jawaban dari pertanyaan itu, hidup kita akan lebih bermakna dan lebih
terarah.
Darimana kita berasal?
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al- baqarah : 21)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk
(lain). Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik. " (Al Mukminun:
12-14)
Tuhan sungguh ber-Maha-Maha segalanya. Masihkah kita
mengingkarinya?
Untuk apa kita hidup?
Pertanyaan pertama telah terjawab, kita diciptakan oleh Tuhan
dengan segala prosesnya. Sekarang pertanyaannya, untuk apa Tuhan menciptakan
kita?
"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
menyembah-Ku .." (QS Adzdzariyat: 56)
Kita diciptakan untuk beribadah atau menyembah Tuhan yang telah
menciptakan kita hidup di dunia. Kita telah mengetahui dari mana kita berasal
dan untuk apa kita hidup di dunia. Tuhan menciptakan kita di dunia tidak
semata-mata asal menciptakan. Tuhan pasti memiliki maksud lain di balik
penciptaan kita di bumi. Tubuh kita terdiri dari triliunan sel, dan tugas kita
adalah memimpin triliunan sel tersebut. Kita yang membawa dan mengendalikan
sel-sel itu. Sel-sel tersebut apakah akan kita bawa ke hal positif atau hal
negatif, itu semua tergantung dari kita.
Sebagai manusia kita merupakan khalifah di muka bumi ini. Kita
berkewajiban memakmurkan bumi ini bukan merusaknya.Selain fungsi manusia
sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga mempunyai
fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal
ini adalah menyembah Tuhan karena sesungguhnya Tuhanlah yang menciptakan semua
alam semesta ini.
Tuhan mewariskan soul kepada kita. Soul tersebut terdiri dari
thinking, feeling, and willing. Thinking, kita memiliki akal dan dengan akal
tersebut kita perlu berpikir. Feeling, selain kita berpikir kita juga perlu
merasa. Willing, setiap manusia hidup pasti memiliki keinginan-keinginan.
Keinginan-keinginan itulah yang perlu dikolaborasikan dengan pikiran dan
perasaan kita. Selain itu, perlu ada spirit juga yang mendukung pikiran,
perasaan, dan keinginan kita. Ketika ketiganya selaras dengan spirit yang kuat
dan positif, maka keinginan itu akan terwujud dan ridho Tuhan sudah pasti
berada di tangan.
Kemana kita akan kembali?
“Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya.” (QS. Al-Maidah :
48)
Kita dilahirkan ke dunia ini, kita hidup, dan kemudian kita mati.
Mati (re: meninggal) kita dikubur, kita dari tanah dan kita akan kembali ke
tanah. Tanah merupakan ciptaan Tuhan pula. Kita diciptakan oleh Tuhan dan
kita-pun akan kembali pada Tuhan. Kehidupan di dunia berakhir maka tinggalah
kita dimintai pertanggungjawaban. Siapkah kalian untuk mempertanggungjawabkan
semua itu?
Berakhirnya kehidupan dunia bukan berarti tiada kehidupan lagi
setelahnya. Karena setelah kita hidup di dunia, kita kembali pada-Nya, dan kita
akan hidup di dunia akhirat.
“Sesungguhnya kehidupan Dunia ini hanyalah kesenangan sementara,
dan sesungguhnya Akhirat itulah yang kekal”. (QS. Al Mu’min : 39)
Hidup di dunia hanyalah perjalanan menuju Tuhannya. Siapa yang
mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya.
Dengan mengenal siapa diri kita, manusia akan memiliki banyak
manfaat. Diantaranya yaitu apa yang kita lakukan lebih positif, hidup selalu
bergairah, bersemangat, dan orientasinya adalah mencari keridhoan-Nya. Ketika
kita sudah mengetahui siapa kita, hidup kita akan lebih terarah. Dan ketika
semangat kita mulai mengendur, kita akan merasa bersemangat kembali.
Tujuan akhir diri kita adalah kembali pada-Nya. Kepada orang yang
telah mengetahui tujuan akhir tersebut, maka ia tidak akan merasa bingung lagi
tentang kehidupan di dunia ini. Hidup penuh dengan kebahagiaan, kedamaian,
ketenangan dan ketentraman. Karena Tuhan selalu ada di hati setiap insan yang
mengenal dan beriman kepada-Nya.
Komentar
Posting Komentar