Langsung ke konten utama

Penduduk Talje yang Bodoh

Di Swedia ada sebuah kota kecil, Talje namanya. Suatu hari, ada seorang saudagar berkapal berlabuh di kota itu. Saudagar itu membawa binatang kesayangannya, seekor kelinci. Ternyata penduduk Talje belum pernah melihat binatang semacam itu. Mereka sangat terkesan pada kelinci itu dan meminta saudagar itu menjualnya. Dan saudagar pun rela melepaskan kelincinya setelah mendapat imbalan yang amat tinggi. Kelinci itu mereka gendong ke gedung balai kota di pusat kota. Tidak lama kemudian, hampir semua penduduk Talje berdesak-desak untuk melihat binatang aneh itu.


Tiba-tiba ada seorang yang sadar bahwa mereka lupa menanyakan apakah makanan binatang itu. Semua orang menanyakan apakah makanan binatang itu. Semua orang berduyun-duyun lari ke pantai, tetapi kapal sudah meninggalkan pelabuhan. Orang-orang saling berteriak menanyakan makanan kelinci itu.

“Mjolk !” terdengar jawaban dari kapal. (Mjolk dalam bahasa Swedia artinya susu). Namun, penduduk Talje salah dengar dan mengira makanan kelinci itu folk (orang). Semua orang menjadi panik dan mereka putuskan untuk segera membunuh kelinci itu. Akan tetapi, tidak ada satu orangpun berani mendekati binatang yang amat berbahaya itu walaupun semua penduduk kota itu menggenggam berbagai macam senjata. Mereka hanya berdiri berjaga di luar gedung.

Akhirnya, ada seseorang yang mempunyai ide agar gedung itu dibakar saja. Pasti binatang yang mengerikan itu akan mati terbakar. Tentu saja lebih baik satu gedung itu terbakar daripada seluruh kota Talje menjadi santapan binatang itu.

Keputusan bersama mereka laksanakan. Gedung itu mereka bakar. Akan tetapi, kelinci itu segera lari ketika mulai mencium bau asap yang mulai memasuki kamar. Kelinci itu lari ke loteng dan lewat lubang kecil melompat keatap gedung lain. Dengan sigap penduduk Talje segera menyulut gedung itu juga. Demikian terus-menerus, sampai akhirnya kelinci itu mendapat kesempatan melompat turun dan menghilang di hutan. Penduduk Talje  sekarang hanya bisa menyaksikan seluruh kota terbakar dan binatang jahat itu tidak berhasil mereka binasakan.


(Sebuah cerita yang saya kutip dari buku bahasa indonesia sewaktu saya masih SMP, yang menurut saya masih lucu sampai saat ini).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRODUK TERBARU OPPO ‘OPPO ENCO BUDS’

Hi guys! Aku suka banget dengerin musik. Musik bisa membuatku lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu, seperti penyelesaian tesis beberapa bulan lalu. Biasanya aku mendengarkan musik menggunakan headset / earphone . Terlebih kalau anakku sedang tidur, auto wajib pakai headset karena ia kurang suka kalau tidur dalam kondisi berisik/banyak suara. Selain itu   jika ada kegiatan webinar, akupun menggunakan headset . Terima telpon pun pakai headset , agar tangan tidak pegal memegang ponsel terlalu lama. Tetapi, aku sering diribetkan dengan kabel yang kusut melilit-lilit. Karena kadang setelah pakai lupa untuk merapihkannya kembali. Apalagi untuk seorang ibu sepertiku. Anak lihat aku pakai headset , auto diminta headsetnya, ditarik-tarik dan dimainkan. Akhirnya kabel jadi rentan putus dan rusak.  Kalau lagi di luar, pakai headset kadang terasa ribet juga. Mesti dicolokin dulu ke ponsel, dan kabel terasa mengganggu terhalang-halang. Akhirnya keliatan jadi heboh gitu dan merasa t...

Manajemen Kepemimpinan

    Saya menyukai dan mengidolakan salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia, yakni Ki Hajar Dewantara. Ki hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh yang memiliki dedikasi tinggi yang suka membawa spirit kerakyatan. Dia tidak mau menjaga jarak dengan rakyat kecil, meski dia sendiri adalah keturuan dari kaum bangsawan. Ia juga merupakan tokoh dan pelopor pendidikan yang mendirikan sekolah Taman Siswa pada tahun 1922.     Ki Hajar Dewantara memiliki 3 prinsip dasar kepemimpinan, yaitu Ing ngarsa sung tulada; Ing madya mangun karsa; dan Tut wuri handayani. Ing ngarsa sung tulada. Artinya, di depan memberi teladan. Filosofi ini memiliki arti bahwa seseorang yang berada di garis depan atau seorang pemimpin, harus bisa memberi contoh kepada para anggotanya. Seorang pemimpin akan dilihat oleh anggotanya sebagai panutan.   ...